ADF Gandeng TMM menyelenggarakan Adventure Documentary Festival 2018
SECRET FILE HISTORY OF JAKARTA 2018 – ON THE CREATIVE SIDE WORKSHOP sebagai salah satu rangkaian acara Adventure Documentary Festival (ADF) 2018: “Secret File History of Jakarta” sukses digelar Trisakti School of Multimedia (TMM) pada Kamis, 8 November 2018 lalu. ADF merupakan program festival petualangan dokumenter yang diadakan setahun sekali dengan mengangkat sejarah, seni budaya, kearifan lokal, dan iptek. Sebuah festival yang dirancang dengan ragam ide dan kreativitas serta diisi oleh para pakar sejarah, penulis novel, penulis komik terkenal dan sutradara atau kreator media audio visual baik lokal maupun luar negeri.
Hadir dalam acara ini sebagai narasumber Sasha Mahe (Produser dan Filmmaker, seorang kelahiran Indonesia yang telah menetap dan berkarier sebagai produser film selama 17 tahun di Perancis), Sven Verbeek Wolthuys (Peneliti dan Documentary Filmmaker dari Belanda), Joe Harris (Pembuat Komik The X-Files dan Komik DC), Astryd Diana Savitri (Direktur ADF 2018 sekaligus penulis novel legenda misteri “Sarcophagus Onrust”) dan di moderatori oleh Winna Nathasia W. S.sn. M.Des (Kaprodi DKV TMM) serta peserta acara dari mahasiswa Trisakti School of Multimedia sendiri maupun kampus-kampus lain.
Acara dibuka dengan menampilkan 2 buah film dokumenter hasil karya mahasiswa Trisakti School of Multimedia yang dikirim mengikuti workshop ADF ini. Film dokumenter tersebut kemudian dikomentari oleh para narasumber sebagai sebuah karya yang bagus untuk ukuran pemula.
Sebagai tuan rumah, Ketua Trisakti School of Multimedia, Budi Suyanto, S.Sn., M.Si, yang akrab dipanggil Sammy, menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada narasumber yang sudah bersedia hadir dalam kegiatan ini. Kehadiran mereka diharapkan mampu memberikan motivasi kepada seluruh mahasiswa yang hadir untuk bisa memberikan kontribusinya dalam dunia kreatif.
“Di kalangan milenial, belajar sejarah yang selama ini masih dirasakan jenuh dan sulit, kini menjadi terasa lebih menarik dan menghibur ketika sejarah ditampilkan dengan cara-cara kreatif. Misalnya saja melalui film dan komik.” ucap Sammy dalam sambutan pembukanya.
Sementara Direktur ADF 2018, Astryd Diana Savitri dalam sambutannya mengatakan di era digital yang berkembang begitu cepat diharapkan dapat dimanfaatkan secara bijaksana bukan dijadikan ajang hoax atau mengujar kebencian dan berita bohong. Oleh karenanya, ADF menjadi penting di era milenial kini. Melalui kegiatan ini generasi muda diajak melakukan kegiatan kreatif yang positif terkait penelusuran sejarah Jakarta. Penggunaan gadget melalui internet dapat lebih bermanfaat, dengan membuka data-data berharga yang menarik untuk ditelusuri.
“Gadget digunakan untuk menggali data dan menyiarkan sumber-sumber informasi yang bermakna. ADF mengajak generasi milenial untuk kreatif dan produktif melalui film, fotografi, komik, dan animasi.” ujar Astryd.
Pada kesempatan ini, Sasha Mahe mengingatkan kepada para penggiat film bahwa dalan membuat film harus memiliki tanggung jawab. Sebuah film yang akan dibuat jangan hanya dilihat dari sisi kreatifnya tapi juga harus dilihat dari sisi bisnisnya.
“Pembuat film harus bertanggung jawab dari 2 hal tersebut. Kadang masih ada pembuat film hanya melihat sisi kreatifnya. Sisi bisnisnya dilupakan,” ujar Mahe.
Mase juga memberikan masukan kepada penggiat film bagaimana membuat film itu akhirnya punya ‘greget’. Dimana pembuat film harus betul-betul tahu jenis film apa yang harus dibuat. Selain style, mereka memiliki bakat sendiri, apakah horor, scientific, romance, dll.
“Kemudian, film menjadi terlihat greget juga harus memperhatikan para aktor yang bermain, struktur cerita yang berseri tapi tetap saling terkait.” ucap Mahe menjelaskan. “Selain itu juga, sebuah film menjadi baik atau tidak, ditentukan oleh kedisiplinan. Di era 80an semua kru masih displin, sementara beberapa tahun kesini kurang disiplin. Itu yang membuat film-film di era itu menjadi bagus.”
Di acara ini diberi kesempatan kepada peserta yang hadir untuk melihat petualangan dokumenter hasil penelusuran sejarah Sven Verbeek Wolthuys.
Verbeek, merupakan salah seorang peneliti. Karena keingintahuannya untuk mencari silsilah keluarganya, akhirnya ia berkutat pada beberapa foto dan video dokumenter. Kakek neneknya pernah tinggal lama di Indonesia pada masa kolonial. Ditenggarai keluarga besar Verbeek merupakan pengelola kebun teh di Cisarua Utara dan Selatan saat itu.
Verbeek mengumpulkan footage film Jakarta masa lampau, yang kemudian film tersebut di restorasi. Dari pengumpulan film-film dokumenter tersebut, akhirnya menuntun Verbeek membuat film dokumenter ‘Jakarta 1941’. Yang menariknya film tersebut adalah masa terakhir kolonial belanda di Indonesia.
Sebenarnya riset-riset yang dilakukan sudah sejak kecil dilakukan Verbeek melalui cerita-cerita neneknya. Namun secara serius, Ia mendalami risetnya selama 6 bulan terakhir ini. Sampai akhirnya ia menemukan makam keluarga besarnya, dan mendatangi rumah yang pernah ditinggalinya.
“Indonesia memiliki sejarah yang besar, sungguh sayang kalau jejak-jejak sejarah ini dilupakan atau bahkan dihilangkan,” ucap Verbeek menutup paparannya.
Narasumber terakhir diisi oleh Joe Harris, penulis yang saat ini dipercaya untuk membuat komik The X-Files. Joe mengatakan bahwa ia bangga bisa hadir dalam acara hari ini. Dia bisa merasakan semangat dari peserta yang hadir disini. Selama di Jakarta ini dia begitu menikmatinya. “Saya sungguh senang selama berada di Jakarta ini, terutama pada saat di Pulau Onrust kemarin,” ujar Harris.
Sebagai penulis, perjalanan wisata sangat mendukung menjadi bahan-bahan tulisan. Bahkan semua informasi yang tidak berkaitan pun bisa jadi bahan yang penting dalam penulisan di suatu saat. Menurutnya, semua informasi itu harus bisa diserap sebanyak-banyaknya.
Joe merasa kagum ternyata zaman sekarang ini masih relevan dan disukai masyarakat sebuah komik yang mengangkat cerita yang penuh rahasia dan misteri meskipun dinilainya termasuk cerita klasik.
Perlu diketahui, rangkaian acara Adventure Documentary Festival 2018 “Secret File History of Jakarta” berlangsung sejak tanggal 1 November 2018 meliputi lokakarya, petualangan dokumenter ke Pulau Onrust, Taman Prasasti, dan Kota Tua. Kemudian ditutup dengan workshop di Trisakti School of Multimedia sebagai partner kerjasama ADF. Dan di tahun-tahun mendatang, ADF akan dijadikan agenda tahunan resmi Pemprov DKI Jakarta.